Science Corner 24 Maret 2024
9 July 2024 | Admin
Kenapa Banjir Demak terjadi?
Banjir melanda sebagian wilayah Demak sejak Sabtu, 16 Maret 2024 setelah adanya kenaikan curah hujan yang intensif di daerah Jawa Tengah. Banjir yang menggenangi Demak ini bukanlah yang pertama kali datang di tahun 2024, mengingat pada awal Februari lalu terjadi bencana yang sama di 3 kecamatan yang ada, yaitu Karanganyar, Gajah, dan Mijen (17/2/2024). Data Kumulatif yang didapat pada Rabu, 20 Maret 2024 menjelaskan total 11 dari 14 kecamatan di Demak terendam banjir dengan ketinggian yang variatif di beberapa daerah. Telah didata warga terdampak bencana jumlahnya mencapai 103.501 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 24.991 orang terpaksa mengungsi.
Apa Penyebabnya?
Cuaca ekstrem yang terjadi seperti kenaikan curah hujan mengakibatkan 6 tanggul sungai di Demak roboh, sehingga air meluap ke pemukiman penduduk. Tanggul-tanggul tersebut ternyata telah berusia puluhan hingga ratusan tahun, bahkan dibangun sejak era kolonial Belanda. Perbedaan pendapat BRIN dan BMKG masih diteliti untuk mengetahui penyebab awal adanya cuaca ekstrem ini.
Squall Line?
Fenomena squall line sendiri merupakan salah satu tipe badai. Terkadang badai petir akan terbentuk dalam garis yang dapat memanjang ke samping hingga ratusan mil. Aliran udara ke atas terus menerus terbentuk kembali di ujung depan sistem badai dan hujan mengikutinya. BMKG memiliki alasan tersendiri atas penyebab dari cuaca ekstrem yang ada seiring naiknya suhu global, yakni gabungan antara fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan tiga bibit siklon tropis. MJO sendiri merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Dikutip dari Met Office, daerah dengan curah hujan tropis yang meningkat pertama kali terlihat di Samudra Hindia bagian barat, yang menyebar ke arah timur ke perairan hangat Pasifik tropis. Sedangkan siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C. Tiga bibit siklon tropis tersebut antara lain 91S, 94S, dan 93P.
Dampaknya?
Akses kendaraan masih terputus untuk Jalur Pantura yang menghubungkan antara Demak dan Kudus sejak Minggu (17/3/2024). Arus lalu lintas pun dialihkan ke arah Jalan Raya Welahan, Jepara. Kemacetan parah masih terjadi hingga Rabu siang. Genangan air masih tersisa di Alun-alun Demak. Tinggi genangan airnya sekitar 80 sentimeter. Toko-toko di sekitar jalan terlihat tidak beroperasi. Sebagian kantor pemerintahan tampak terendam banjir, tak terkecuali Kantor Bupati Demak. Pada banjir bulan Februari lalu, digunakan Teknologi Modifikasi cuaca (TMC) yang mengalihkan awan dari posisi di sekitar sungai wulan sehingga mengurangi intensitas curah hujan.
Solusi?
Pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang diprakarsai BNPB bersama BMKG, BRIN, BPBD Provinsi Jawa Tengah, TNI, pihak Lanud dan Otoritas Bandara Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, terus dilakukan demi mengurangi dampak banjir yang melanda wilayah Kabupaten Demak dan sekitarnya. Pada operasi ketiga, tim menyemai bahan Natrium Clorida (NaCl) sebanyak tiga ton melalui tiga kali sortie yang dilakukan selama ± 7 jam penerbangan. Untuk solusi banjir bulan Maret ini sendiri, para pemerintah memfokuskan pada perbaikan tanggul-tanggul yang ada, setelah itu menyedot genangan air agar volumenya berkurang. Perbaikan tanggul ini penting untuk dilakukan karena telah diprediksi cuaca ekstrem akan ada sampai bulan April mendatang.
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
Teknologi modifikasi cuaca adalah salah satu bentuk upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan. Dikutip dari situs BPPT (sekarang Pusat Sains BRIN), tujuan modifikasi cuaca umumnya untuk meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement) atau dapat juga digunakan untuk kondisi sebaliknya (rain reduction). Cara kerja TMC terdapat dua metode, yang pertama menggunakan pesawat yang menghantarkan bahan semai berupa NaCl ke awan melalui udara, dan yeng kedua menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis. Kedua metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya. Tak heran, metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.